Sabtu, 10 September 2011

CINTA BUTUH DEWASA

Jikalau ku mengenang jejak, ada satu pelajaran berharga yang kudapat: Cinta Butuh Dewasa.

Dulu, aku pertama mengenal cinta yang dapat kupahami secara kasat. Aku mampu memberikan cinta, aku mampu menelepon cinta, aku mampu tertawa bersama cinta. Hingga prahara datang, membordirku dalam bentuk yang tidak lagi kupahami.

Sadar. Cinta telah hilang.

Pernah kutanyakan pada cinta, “apakah engkau membutuhkan aku menjadi dewasa? Sungguh aku tidak dewasa.”

Cinta tersenyum. “Tidak.” Begitu katanya.

Awalnya aku paham cinta adalah jujur, hingga ketika prahara datang bahwa semua adalah dusta. Ternyata, cinta butuh dewasa.

Dewasa datang bak hantu blawu. Seperti gundorowo. Aku takut, aku tak berani menyerangnya. Aku ingin cinta bahagia, makanya aku diam. Aku tahu, cinta butuh dewasa.

Aku berlari ke belakang, aku takut. Aku bingung ketika cinta bilang, “kamu jangan lagi menghubungiku, ya!”

Setelah mendapatkan tempat gelap yang nyaman, aku baru mulai bernafas. Mampu ku dengar nafasku sengal-sengal.

Tempat itu gelap. Pengap. Sunyi. Sepi. Namun aku nyaman. Tempat yang cocok untuk melupakan cinta. Tapi aku salah, cinta selalu ada tak pernah terlupa.

Aku baru tahu bahwa aku masih sayang cinta. Saat mendengar namanya disebut, dadaku berdebar, wajahku merah. Aku rindu. Aku kangen cinta.

Tapi cinta tidak butuh aku. Cinta cuma butuh dewasa. Cinta telah mendapatkan seseorang itu. Cinta sekarang telah bersama dewasa.

Langit biru, awan masih tetap putih. Bias lautan yang terpantul di atmosfir bumi, sungguh keindahan yang selalu ditulis oleh para pujangga. Langit lantas hitam ketika malam bermuara di tepian, ketika cahaya telah lari ke sebelah.

Untuk cinta, aku tetap cinta.


Aku belajar menjadi dewasa. Aku tidak ingin lagi hilang cinta karena dewasa. Karena: CINTA BUTUH DEWASA.



Hosted on Photoserver.ws

0 komentar: